Thursday, January 01, 2009

Taiwan (insert)

Cerita saya sebelumnya adalah rincian perjalanan saya selama di Taiwan. Nah, sekarang saya ceritakan kondisi di Taiwan, mulai dari fasilitas umum, orang-orangnya, sampai mesjid yang ada di Taiwan.

MRT

Kondisi di Taiwan kurang lebih hampir sama dengan kondisi di Hongkong. Fasilitas umum benar-benar dijaga dan memiliki service yang bagus, kita juga tidak akan melihat sampah berserakan di sepanjang jalan atau melihat orang membuang sampah sembarangan di jalan. Masyarakat yang cukup disiplin dan bertanggung jawab (ini dia nih salah satu 7 Budi Utama ESQ J). Lihat saja arah panah di stasiun MRT (kereta bawah tanah), dimana arus untuk penumpang masuk dan keluar MRT sudah ditentukan sehingga tidak akan saling bertubrukan atau rebutan. Mereka sangat rapi dan teratur mengantri untuk masuk ke dalam MRT.

Selama di Taipei dan Kaohsiung saya menggunakan transportasi ini karena naik MRT sangat nyaman dan tidak akan takut nyasar, di dalam MRT suasananya aman dan bersih tidak ada sampah berserakan juga tidak ada orang yang merokok. Tentu saja, karena kita dilarang merokok dan makan atau minum bahkan mengunyah permen karet di dalam MRT atau di area stasiun, jika ketahuan akan dikenakan denda sebesar 1500 NT (sekitar 500 ribu rupiah). Di setiap gerbong terdapat 4 tempat duduk berwarna biru tua yang disediakan khusus untuk orang tua, ibu hamil, anak-anak atau orang cacat. Nah, kalau ada orang dengan kategori ini, kita harus berikan kursi itu ke mereka. Ada lagi, di dalam stasiun ada ruangan khusus yang disediakan untuk menyusui bayi, oke banget kan.

Tempat Parkir

Rata-rata masyarakat Taiwan menggunakan transportasi sepeda motor (yang saya lihat kebanyakan pengguna Jet Matic) atau sepeda untuk jarak dekat. Sementara untuk jarak jauh, sepeda motor atau sepeda tersebut di parkir di dekat stasiun atau terminal untuk kemudian melanjutkan dengan MRT atau bus. Nah, untuk tempat parkir, bisa diparkir dimanapun selama ada rambu tanda parkir (biasanya di trotoar), bahkan di depan toko meskipun kita tidak berniat membeli di toko tersebut (kalau di Indonesia mah, belum apa-apa udah ada larangan, “Dilarang parkir selain pembeli” J). Asyiknya lagi, disini tidak ada tukang parkir, jadi tidak dikenakan biaya parkir, asal dikunci dan diletakkan dengan benar, insya Allah aman. Tapi, kalau kita sampai parkir di sembarang tempat yang tidak ada rambu tanda parkirnya, jangan heran kalau tiba-tiba kendaraan kita hilang dan kita harus mencarinya di antara ratusan sepeda motor dan sepeda yang diangkut petugas karena parkir sembarangan.

Jalur Kiri untuk Jalur Cepat

Kemudian, di Taiwan, orang sebaiknya menggunakan jalur kanan baik di trotoar, tangga maupun tangga berjalan. Jika kita ingin berjalan lambat atau diam di tangga berjalan, maka kita harus berada di jalur kanan, karena jalur kiri adalah jalur cepat untuk orang yang ingin mendahului. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi orang yang sedang terburu-buru atau ingin cepat-cepat, sehingga terlihat tertib. Kadang-kadang sistim punishment memang cukup efektif untuk merubah perilaku seseorang, tapi juga harus didukung dengan kesadaran masyarakat itu sendiri dan ketegasan hukum dari pemerintah.

Melihat peraturan yang diterapkan dengan baik dan kesadaran masyarakat Taiwan yang tinggi ini, membuat saya tergugah dan berpikir mengapa kita tidak bisa menerapkannya di Indonesia. Taiwan saja yang penduduknya mayoritas non muslim, masyarakatnya bisa sedisiplin itu dan mematuhi setiap peraturan yang ada. Sementara kita di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim tapi belum bisa melaksanakan hal tersebut, bahkan saya sendiri masih belum bisa seperti itu (kadang-kadang masih suka ngeluh kalo antri, bahkan kalo ada kesempatan untuk mendahului, ya serobot aja..he..he..). Jadi termotivasi untuk melakukan perubahan pada diri sendiri. Yup, jika ingin merubah dunia, harus mulai dari diri sendiri dulu kan.

Masjid di Taiwan

Cukup banyak buruh migran muslim yang tinggal di Taiwan termasuk dari Indonesia, berdasarkan data dari KDEI dari 105.000 orang TKI yang berada di Taiwan, mayoritasnya adalah muslim. Sementara, untuk pelajar muslim Indonesia masih sangat sedikit, sekitar 50-70 orang. Dengan jumlah TKI muslim sebesar itu, masjid-masjid di Taiwan menjadi sangat ramai dikunjungi terutama pada hari besar Islam dimana sekitar 60% jama’ah masjid adalah warga muslim Indonesia.

Terdapat 6 masjid di Taiwan yang tersebar di 5 kota besar yaitu Masjid Besar (Taipei Grand Mosque) dan Masjid Kecil (Taipei Cultural Mosque) di Taipei, Masjid Taichung, Masjid Long Gang di Chung li, Masjid Kaohsiung, dan Masjid Tainan. Salah satu masjid yang ada, dikelola oleh warga muslim Indonesia secara penuh, yaitu Taipei Cultural Mosque atau yang biasa disebut Masjid Kecil. Dinamakan masjid kecil karena bangunannya hanya seluas kira-kira 8 x 4 m2. Terdiri dari 5 lantai, lantai basemen biasa digunakan untuk pengajian, makan bersama, karena disini terdapat dapur. Lantai 1, 2, dan 3 digunakan untuk aktifitas keagamaan, lantai 2 adalah tempat shalat untuk pria sementara lantai 3 adalah tempat shalat untuk wanita dan di tiap lantai ini terdapat kamar mandi, sedangkan lantai 4 digunakan sebagai sekretariat dari 2 organisasi Islam warga Indonesia antara lain MTYT (Majelis Ta’lim Yasin Taipei) dan FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia Taiwan). Di Masjid ini dulu pernah ada organisasi pemuda muslim Taiwan (Chinese Moslem Youth), tapi sekarang sudah tidak terlihat lagi aktivitas organisasi tersebut. Dari cerita temanku, Masjid ini selalu ramai dikunjungi warga Indonesia dan juga warga muslim dari berbagai etnis pada waktu libur terutama menjelang bulan Ramadhan.

Masjid ini terletak di No.3, Lane 25, Sec 1 Hsin-hai Rd.,Taipei. Untuk sampai ke sana, kita bisa menggunakan MRT dan turun di Tai Power Building lalu keluar melalui pintu exit 1, lalu berjalan ke arah kanan, kira-kira dengan berjalan kaki 100 m kita sudah sampai. Saya sempat berkunjung, numpang tidur sebentar, sholat subuh dan sarapan di sana (berhubung saya sampai di Taipei jam 2 pagi). Menurut cerita temanku, masjid kecil merupakan base camp dari kegiatan mahasiswa muslim dan rekan-rekan TKI, sehingga di mesjid ini terdapat seluruh perlengkapan, termasuk dapur beserta peralatan masak. Bagi pendatang yang kebetulan tidak bisa menemukan tempat bermalam, bisa datang ke masjid ini dan gratis, disini disediakan selimut dan bantal, bahkan kamar mandi. Tapi, ada satu yang harus diperhatikan, di kamar mandi kita tidak boleh buang air kecil. Jika kita ingin buang air kecil atau buang air besar, harus ke toilet yang ada di lantai 5. Setiap pagi pun disediakan sarapan, asal jangan sampai telat bangun karena sarapan disediakan jam 06.30, jika kita kesiangan, ya sudah dibereskan hidangannya. Tapi jangan khawatir, kita bisa memasak sendiri lho.

Sungguh menakjubkan mendengar cerita tentang Masjid Kecil ini, ingin sekali bisa berpartisipasi meramaikan kegiatan dakwah di masjid ini. Namun, sayangnya ketika saya berkunjung ke sana bukan hari libur sehingga tidak ada kegiatan apapun yang bisa saya ikuti. Mungkin, saya harus datang lagi lain kali, mudah-mudahan Allah mengizinkan saya untuk singgah kembali di Negeri Formosa ini, Amin. Ingin jalan-jalan ke Taiwan? Jangan lupa mengunjungi masjid yang satu ini ya.

No comments:

Post a Comment