Day 4 in Taiwan
Salah Tempat
Ternyata, sekitar jam 2 pagi kami sudah sampai di Taipei, lebih cepat dari jadwal. Udara dingin kembali menelusup ke seluruh tubuh. Rencananya kami akan singgah di masjid kecil Taipei untuk istirahat sebentar menunggu pagi sebelum melanjutkan perjalanan, kebetulan teman saya hapal jalan menuju ke sana dengan menggunakan MRT, ternyata begitu kami sampai di MRT station, MRT sudah tutup (kami baru tahu kalau MRT hanya beroperasi sampai jam 24.00), mana udaranya dingin banget, perut lapar, tak tahu bagaimana caranya bisa sampai di masjid kecil, lengkap sudah penderitaanku kali ini.
Akhirnya kami mencoba untuk naik taksi, sudah beberapa taksi yang kami stop namun tak ada satu pun yang tahu dimana letak masjid kecil tersebut, selain karena mereka tidak mengerti bahas Inggris dan bahasa Mandarin kami yang pas-pasan J. Oiya, teman saya memang tidak hapal alamat lengkap hanya ingat patokannya yaitu dekat gedung yaitu Tai Power Building, tapi tak ada satu supir taksi pun yang tahu gedung itu. Heran saya, masa supir taksi tidak ada yang tahu, ternyata karena mereka tahu tempat-tempat di Taipei dalam bahasa Mandarin jadi kalau kita menyebutkan tempat dalam bahasa Inggris, ya mereka tidak akan tahu, meskipun tempat-tempat tersebut ditulis dalam 2 bahasa, cape deh. Sedangkan kami justru sebaliknya, tidak tahu nama tempat tersebut dalam bahasa Mandarin, hanya tahu bahasa Inggrisnya.
Setelah mencoba menghentikan beberapa taksi, akhirnya ada satu taksi yang katanya tahu tempat tersebut, teman saya bilang padanya dalam bahasa Mandarin kalau kami ingin ke tempat berdoa orang Islam yang letaknya dekat Tai Power Building, supir itupun menyanggupi mengantar kami kesana. Kami sedikit lega, namun ternyata di tengah perjalanan, supir itu terlihat bingung, lalu berhenti di suatu tempat dan mengatakan kalau ini tempat yang kita cari, kami pikir sudah sampai tapi begitu kami melihat keluar ternyata kami dibawa ke gereja, waduh salah tempat J. Ternyata dia tidak tahu dan mungkin tidak paham kalau gereja itu untuk orang Kristen dan masjid untuk orang Islam.
Ternyata lagi, dia juga tidak tahu dimana Tai Power Building, dia minta kami menyebutkan nama Mandarin tempat itu. Kami sempat berhenti lama untuk sekedar mencari cara bagaimana supaya supir itu tahu tempat yang kami tuju. Teman saya menelepon Sinta, teman sekamar di asrama, untunglah dia belum tidur jam segini, mungkin dia bisa membantu kami berbicara dengan supir karena bahasa Mandarinnya lebih bagus. Teman saya pun memberikan HP tersebut ke supir, tapi supir tersebut tetap tidak tahu karena Sinta pun tidak tahu nama mandarin dari Tai Power Building.
Supir taksi itu akhirnya menelepon ke seseorang, mungkin kantor pusat taksi tersebut, lalu memberikan HP nya ke saya agar saya bisa bicara dengan orang yang diteleponnya itu. Terdengar suara perempuan yang menyapa saya dalam bahasa Inggris, akhirnya ada juga yang bisa bahasa Inggris. Saya pun memberi tahu kalau saya ingin ke Taipei Cultural Center (masjid kecil Taipei) yang letaknya dekat dengan Tai Power Building, dia pun mengerti dan meminta saya mengembalikan HP tersebut ke supir taksi. Setelah itu terdengar supir taksi bernafas lega karena akhirnya dia mengerti tempat yang kami maksud tersebut…wuihh akhirnya paham juga dia. Kemudian dia menyebutkan nama Tai Power Building dalam bahasa Mandarin (saya lupa namanya apa J).
Setelah sampai di masjid kecil, supir taksi tersebut pun meminta maaf karena tadi sempat salah tempat dan membuat kami berputar-putar dan kami pun tidak perlu membayar taksi sesuai di argo, karena kan kesalahan bukan pada kami, jadi harga di argo dikurangi sekitar 100 NT. Soalnya taksi disini terhitung mahal, begitu kita naik, argo langsung berada di angka 100 NT (sekitar 35 ribuan, kalau taksi di Hongkong 16 HKD atau sekitar 20 ribuan, bandingkan dengan Indonesia yang hanya berkisar Rp 4.000,- s/d Rp 6.000,-), selanjutnya tergantung jarak tempuh.
Alhamdulillah sampai juga di masjid kecil, sesuai namanya, masjid ini memang kecil, karena sudah jam 3 pagi, kami pun masuk ke dalam tanpa bersuara, takut mengganggu yang lain. Kami langsung naik ke lantai 3 (tempat akhwat), ternyata tidak ada orang yang menginap disini, hanya kami berdua. Kami pun langsung membereskan tempat untuk tidur, meskipun disini hanya disediakan selimut, tapi lumayan lah untuk istirahat sebentar sebelum subuh. Udara yang dingin dan suara jendela yang tertiup angin membuatku tak bisa tidur lelap, ditambah lagi ruangan yang gelap, saya pikir karena tidak boleh menyalakan lampu, ternyata karena teman saya tidak bisa tidur dengan lampu menyala (saya baru tahu ketika sarapan), please deh.
Ketinggalan Sarapan
Tak terasa alarm HP sudah menyala, sudah masuk subuh, walaupun rasa kantuk yang sangat, saya harus beranjak untuk segera shalat. Selesai shalat, tak kuasa menahan kantuk, akhirnya bisa tertidur juga karena kali ini lampu sudah menyala. Jam 06.30 teman saya membangunkan saya dan bilang kalau di bawah sudah disiapkan sarapan (disini memang selalu disediakan sarapan untuk yang menginap, Subhanallah). Berhubung sudah lapar, saya harus bangun untuk mandi (di lantai 3 kita hanya boleh mandi, tidak boleh buang air kecil, jika ingin buang air kecil atau besar harus di toilet lantai 5). Selesai mandi kami turun ke basement untuk sarapan, sudah terbayang makanan yang akan kami santap, karena kami sudah sangat lapar.
Ternyata, makanan sudah dibereskan, soalnya kami terlambat turun, sarapan disediakan jam 06.30, ketika kami turun sudah jam 8 pagi, ya sudah dibereskan sarapannya. Tapi tenang, teman saya bilang kami boleh masak sendiri kalau ketinggalan sarapan. Akhirnya teman saya memasak mie goreng, ya lumayan lah, sarapan pagi itu terasa nikmat walaupun hanya sepiring mie goreng dan segelas teh manis hangat. Selesai sarapan, rencananya kami akan segera berangkat mengunjungi Taipei 101 lagi dan beberapa tempat sebelum saya kembali ke Hongkong.
Mencari Kunci
Begitu kami naik ke lantai 3, ternyata pintunya terkunci, kami bingung padahal tidak ada orang di dalam dan ketika kami tadi keluar pun tidak mengunci pintunya, bagaimana mungkin pintu itu terkunci dari dalam dengan sendirinya. Ada aja yang aneh-aneh, padahal kami harus bergegas karena waktu saya yang terbatas, paling telat jam 1 siang saya sudah harus berangkat ke Taoyuan airport sementara saya masih ingin mengunjungi beberapa tempat di Taipei. Setelah mencari-cari, kami bertemu dengan seseorang dari Bangladesh, namanya Syarif yang sedang menyapu halaman mesjid. Dia membantu kami mencari kunci tersebut, akhirnya dapat juga dan bisa membuka pintunya. Ternyata, pintu tersebut tertiup angin dengan kencang sampai membuat pintu tersebut terkunci dari dalam.
Chiang Kai Sek Memorial Hall dan Taipei 101
Selesai mengambil barang-barang, kami langsung berangkat ke MRT station, biar lebih mudah untuk pergi ke tempat-tempat yang ingin saya kunjungi. Tempat pertama yang ingin kami kunjungi adalah Chiang Kai Sek Memorial Hall, namun kami sempat bingung dengan arahnya. Kami bertemu dengan sekumpulan mahasiswa yang ternyata mahasiswa dari Malaysia yang sedang studi banding di Taiwan selama 1 bulan, jadi mereka pun tidak bisa membantu kami menunjukkan jalan. Tapi kami senang bisa berkenalan dengan mereka. Setelah mencari tahu akhirnya kami menemukan jalan ke tempat tersebut, disini kami bertemu dengan orang Malaysia lagi yang membantu memotret kami berdua. Kami tidak sempat masuk ke dalam, hanya melihat-lihat dan mengambil gambar di luar saja, karena tempatnya luas sekali, waktu kami tidak akan cukup untuk melihat ke semua gedung yang ada.
Kemudian, kami pergi ke Taipei 101, waktu pertama kali saya tiba disini memang sudah ke sana, tapi kan waktu itu malam hari, sekarang saya ingin lihat gedung itu di siang hari J. Sampai di Taipei City Hall, kami berjalan kaki kembali untuk ke gedung tersebut, wah senangnya bisa melihat gedung itu lebih jelas sekarang, tapi kami tidak sempat masuk ke dalam karena waktu yang terbatas. Setelah berfoto-foto, kami kembali ke MRT station, kali ini kami mencoba menggunakan bis yang disediakan gedung tersebut, yang gratis itu lho, berhubung kami sudah capek jalan dan mengejar waktu juga J. Bisnya cukup nyaman, jadi tidak ingin pulang, sedih juga harus pulang hari ini, meninggalkan Taiwan.
Taoyuan
Sebenarnya saya masih ingin ke beberapa tempat lagi dan mencari souvenir untuk oleh-oleh, tapi waktu sudah tidak memungkinkan, sekarang sudah jam 12 siang. Harus segera ke airport yang jaraknya sekitar 1 jam dari Taipei. Pesawat saya berangkat jam 4 sore, saya tidak mau kejadian di bandara Hongkong terulang kembali, dimana saya harus berlari-lari ke tempat boarding. Jadi, paling tidak jam 2 saya sudah harus sampai airport. Kami pun langsung menuju terminal bis, sempat bingung juga karena tidak dapat-dapat bis ke Taoyuan, setelah mencari dan bertanya ke beberapa tempat, akhirnya ada juga bis ke Taoyuan yang berangkat sekitar jam 13.00.
Sampai di Taoyuan, ternyata bis yang kami naiki tidak sampai ke airport, hanya sampai kota Taoyuan saja. Waduh, kami sempat bingung, sementara sudah jam 2 siang, untuk menuju airport kami harus naik bis yang berbeda. Namun, karena terburu-buru akhirnya kami memilih naik taksi saja biar cepat. Akhirnya sampai juga di airport jam 14.30, kami menghabiskan sekitar 420 NT untuk naik taksi ke airport. Langsung saja saya masuk untuk check ini, Alhamdulillah tidak mengantri, jadi proses check ini cukup cepat. Sebenarnya saya sangat lapar, ingin makan siang dulu dengan teman saya itu sambil menikmati menit-menit terakhir saya di Taiwan J. Tapi, karena khawatir akan lama di imigrasi, kami tidak jadi makan siang, setelah foto-foto sebentar, saya langsung masuk ke tempat boarding. Sebenarnya ada mahasiswa Taiwan yang menghampiri saya untuk mengisi kuesioner tentang tourism Taiwan, tapi saya bilang tidak sempat dan meminta teman saya yang mengisi, maaf sekali ya tidak bisa membantu kalian.
Setelah masuk, ternyata di imigrasi tidak ada terlalu ramai, malah bisa dibilang sepi, pemeriksaan pun tidak seketat di bandara Hongkong. Proses imigrasi berlangsung cepat, jadi jam 3 kurang saya sudah ada di dalam, tempat boarding. Jadi menyesal, kenapa tadi tidak makan siang dulu dengan teman saya dan mungkin masih bisa membantu mahasiswa tadi mengisi kuesioner, mana perut laper banget, untunglah masih ada sedikit cemilan, soalnya di dalam ternyata susah cari makanan, takut tidak halal juga. Waktu take off masih 1 jam lebih, jadi saya berjalan pelan-pelan saja sambil melihat-lihat sekitar. Oiya, ada counter Hello Kitty luas banget, pokoknya Hello Kitty banget, sampai ada telepon umum Hello Kitty, penunjuk jam di beberapa Negara di dunia juga Hello Kitty, lucu banget deh.
Jalan sebentar sudah sampai di tempat boarding pesawat ke Hongkong, jadi sambil menunggu saya mengaktifkan laptop saja supaya bisa online. Lumayan masih harus menunggu 1 jam disini, pengen puas-puasin sih tapi tak ada objek lagi yang bisa dilihat disini. Waktu take off pun tiba, seperti biasa saya duduk di dekat jendela (ketika check in, saya selalu meminta duduk di dekat jendela kalau naik pesawat, biar bisa lihat pemandangan dan memotret), bye bye Taiwan, zaijian, mudah-mudahan nanti masih bisa kembali lagi karena masih banyak tempat yang belum saya kunjungi disini L.
Di sebelah saya duduk seorang wanita kira-kira umur 30an, dia orang Hongkong dan bahasa Inggrisnya bagus jadi kami bisa mengobrol banyak, bagus lah karena saya tidak bisa bahasa Kanton, kalau Mandarin masih ngerti sedikit-sedikit, Kanton saya pikir lebih sulit dari Mandarin karena nadanya lebih banyak, kalau tidak salah ada 12 nada (Mandarin hanya 4 nada). Ternyata dia punya teman orang Indonesia yang tinggal di Jakarta, tapi dia belum pernah ke Jakarta. Jadi saya menceritakan sedikit tentang Jakarta dan Indonesia juga tentang Hongkong selama saya berada disana beberapa hari lalu. Tidak terasa 1,5 jam sudah lewat, kami pun sebentar lagi mendarat di bandara Hongkong.
Finish...
No comments:
Post a Comment